Jumat, 30 Maret 2012

100 Kalimat Mahal Dalam Lirik Lagu Iwan Fals



1. “Berhentilah jangan salah gunakan, kehebatan ilmu pengetahuan untuk menghancurkan”.

2. “Hei jangan ragu dan jangan malu, tunjukkan pada dunia bahwa sebenarnya kita mampu”.

3. “Cepatlah besar matahariku, menangis yang keras janganlah ragu, hantamlah sombongnya dunia buah hatiku, doa kami dinadimu”.

4. “Jalan masih teramat jauh, mustahil berlabuh bila dayung tak terkayuh”.

5. “Jangan kau paksakan untuk tetap terus berlari, bila luka di kaki belum terobati”.

6. “Riak gelombang suatu rintangan, ingat itu pasti kan datang, karang tajam sepintas seram, usah gentar bersatu terjang”.

7. “Aku tak sanggup berjanji, hanya mampu katakan aku cinta kau saat ini, entah esok hari, entah lusa nanti, entah”.

8. “Mengapa bunga harus layu?, setelah kumbang dapatkan madu, mengapa kumbang harus ingkar?, setelah bunga tak lagi mekar”.

9. “Ternyata banyak hal yang tak selesai hanya dengan amarah”.

10. “Dalam hari selalu ada kemungkinan, dalam hari pasti ada kesempatan”.

11. “Kota adalah hutan belantara akal kuat dan berakar, menjurai didepan mata siap menjerat leher kita”.

12. “Jangan kita berpangku tangan, teruskan hasil perjuangan dengan jalan apa saja yang pasti kita temukan”.

13. “Jangan ragu jangan takut karang menghadang, bicaralah yang lantang jangan hanya diam”.

14. “Kau anak harapanku yang lahir di zaman gersang, segala sesuatu ada harga karena uang”.

15. “Sampai kapan mimpi mimpi itu kita beli?, sampai nanti sampai habis terjual harga diri”.

16. “Seperti udara kasih yang engkau berikan, tak mampu ku membalas, Ibu”.

17. “Memang usia kita muda namun cinta soal hati, biar mereka bicara telinga kita terkunci”.

18. “Dendam ada dimana mana di jantungku, di jantungmu, di jantung hari-hari”.

19. “Hangatkan tubuh di cerah pagi pada matahari, keringkan hati yang penuh tangis walau hanya sesaat”.

20. “Kucoba berkaca pada jejak yang ada, ternyata aku sudah tertinggal, bahkan jauh tertinggal''.

21. “Oh ya! ya nasib, nasibmu jelas bukan nasibku, oh ya! ya takdir, takdirmu jelas bukan takdirku”.

22. “Wahai kawan hei kawan, bangunlah dari tidurmu, masih ada waktu untuk kita berbuat, luka di bumi ini milik bersama, buanglah mimpi-mimpi”.

23. “Api revolusi, haruskah padam digantikan figur yang tak pasti?”.

24. “Kalau cinta sudah di buang, jangan harap keadilan akan datang”.

25. “Kesedihan hanya tontonan, bagi mereka yang diperkuda jabatan”.

26. “Orang tua pandanglah kami sebagai manusia, kami bertanya tolong kau jawab dengan cinta”.

27. “Satu luka perasaan, maki puji dan hinaan, tidak merubah sang jagoan menjadi makhluk picisan”.

28. “Kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi, keberanian menjadi cakrawala, dan perjuangan adalah pelaksanaan kata kata”.

29. “Mereka yang pernah kalah, belum tentu menyerah”.

30. “Aku rasa hidup tanpa jiwa, orang yang miskin ataupun kaya sama ganasnya terhadap harta”.

31. “Orang orang harus dibangunkan, kenyataan harus dikabarkan, aku bernyanyi menjadi saksi”.

32. “Ingatlah Allah yang menciptakan, Allah tempatku berpegang dan bertawakal, Allah maha tinggi dan maha esa, Allah maha lembut”.

33. “Kebimbangan lahirkan gelisah, jiwa gelisah bagai halilintar”.

34. “Bagaimanapun aku harus kembali, walau berat aku rasa kau mengerti”.

35. “Alam semesta menerima perlakuan sia sia, diracun jalan napasnya diperkosa kesuburannya”.

36. “Duhai langit, duhai bumi, duhai alam raya, kuserahkan ragaku padamu, duhai ada, duhai tiada, duhai cinta, ku percaya”.

37. “Dimana kehidupan disitulah jawaban”.

38. “Ada dan tak ada nyatanya ada”.

39. “Aku sering ditikam cinta, pernah dilemparkan badai, tapi aku tetap berdiri”.

40. “Aku mau jujur jujur saja, bicara apa adanya, aku tak mau mengingkari hati nurani”.

41. “Bibirku bergerak tetap nyanyikan cinta walau aku tahu tak terdengar, jariku menari tetap tak akan berhenti sampai wajah tak murung lagi”.

42. “Mengapa besar selalu menang?, bebas berbuat sewenang wenang, mengapa kecil selalu tersingkir?, harus mengalah dan menyingkir”.

43. “Angin pagi dan nyanyian sekelompok anak muda mengusik ingatanku, aku ingat mimpiku, aku ingat harapan yang semakin hari semakin panjang tak berujung”.

44. “Jalani hidup, tenang tenang tenanglah seperti karang”.

45. “Sebentar lagi kita akan menjual air mata kita sendiri, karena air mata kita adalah air kehidupan”.

46. “Kita harus mulai bekerja, persoalan begitu menantang, satu niat satulah darah kita, kamu adalah kamu aku adalah aku”.

47. “Kenapa kebenaran tak lagi dicari?, sudah tak pentingkah bagi manusia?”

48. “Kenapa banyak orang ingin menang?, apakah itu hasil akhir kehidupan?”.

49. “Anjingku menggonggong protes pada situasi, hatiku melolong protes pada kamu”.

50. “Biar keadilan sulit terpenuhi, biar kedamaian sulit terpenuhi, kami berdiri menjaga dirimu”.

51. “Apa jadinya jika mulut dilarang bicara?, apa jadinya jika mata dilarang melihat?, apa jadinya jika telinga dilarang mendengar?, jadilah robot tanpa nyawa yang hanya mengabdi pada perintah”.

52. “Tertawa itu sehat, menipu itu jahat”.

53. “Nyanyian duka nyanyian suka, tarian duka tarian suka, apakah ada bedanya?”

54. “Waktu terus bergulir, kita akan pergi dan ditinggal pergi”.

55. “Pelan-pelan sayang kalau mulai bosan, jangan marah-marah nanti cepat mati, santai sajalah”.

56. “Mau insaf susah, desa sudah menjadi kota”.

57. “Pertemuan dan perpisahan, dimana awal akhirnya?, dimana bedanya?”.

58. “Jika kata tak lagi bermakna, lebih baik diam saja”.

59. “Bagaimana bisa mengerti?, sedang kita belum berpikir, bagaimana bisa dianggap diam?, sedang kita belum bicara”.

60. “Aku bukan seperti nyamuk yang menghisap darahmu, aku manusia yang berbuat sesuai aturan dan keinginan”.

61. “Oh susahnya hidup, urusan hati belum selesai, rumah tetangga digusur raksasa, pengusaha zaman merdeka”.

62. “Aku disampingmu begitu pasti, yang tak kumengerti masih saja terasa sepi”.

63. “Sang jari menari jangan berhenti, kupasrahkan diriku digenggaman-Mu”.

64. “Lepaslah belenggu ragu yang membelit hati, melangkah dengan pasti menuju gerbang baru”.

65. “Berani konsekuen pertanda jantan”.

66. “Dengarlah suara bening dalam hatimu, biarlah nuranimu berbicara”.

67. “Matinya seorang penyaksi bukan matinya kesaksian”.

68. “Bertahan hidup harus bisa bersikap lembut, walau hati panas bahkan terbakar sekalipun”.

69. “Jangan goyah percayalah teman perang itu melawan diri sendiri, selamat datang kemerdekaan kalau kita mampu menahan diri”.

70. “Berdoalah sambil berusaha, agar hidup jadi tak sia-sia”

71. “Harta dunia jadi penggoda, membuat miskin jiwa kita”.

72. “Memberi itu terangkan hati, seperti matahari yang menyinari bumi”.

73. “Jangan heran korupsi menjadi jadi, habis itulah yang diajarkan”.

74. “Gelombang cinta gelombang kesadaran merobek langit yang mendung, menyongsong hari esok yang lebih baik”.

75. “Terhadap yang benar saja sewenang wenang, apalagi yang salah”.

76. “Begitu mudahnya nyawa melayang, padahal tanpa diundang pun kematian pasti datang”.

77. “Dunia kita satu, kenapa kita tidak bersatu?”.

78. “Urus saja moralmu urus saja akhlakmu, peraturan yang sehat yang kami mau”.

79. “Di lumbung kita menabung, datang paceklik kita tak bingung”.

80. “Tutup lubang gali lubang falsafah hidup jaman sekarang”.

81. “Buktikan buktikan!, kalau hanya omong burung beo pun bisa”.

82. “Dunia politik dunia bintang, dunia hura hura para binatang”.

83. “Dewa-dewa kerjanya berpesta, sambil nyogok bangsa manusia”.

84. “Tanam-tanam pohon kehidupan, siram siram sirami dengan sayang, tanam tanam tanam masa depan, benalu-benalu kita bersihkan”.

85. “Ada apa gerangan mengapa mesti tergesa gesa, tak bisakah tenang menikmati bulan penuh dan bintang”.

86. “Persoalan hidup kalau diikuti tak ada habisnya, soal lama pergi soal baru datang”.

87. “Jaman berubah perilaku tak berubah, orang berubah tingkah laku tak berubah”.

88. “Satu hilang seribu terbilang, patah tumbuh hilang berganti”.

89. “Hidup ini indah berdua semua mudah, yakinlah melangkah jangan lagi gelisah”.

90. “Tak ada yang lepas dari kematian, tak ada yang bisa sembunyi dari kematian, pasti”.

91. “Ada kamu yang mengatur ini semua tapi rasanya percuma, ada juga yang janjikan indahnya surga tapi neraka terasa”.

92. “Hukum alam berjalan menggilas ludah, hukum Tuhan katakan “Sabar!”.

93. “Yang pasti hidup ini keras, tabahlah terimalah”.

94. “Oh negeriku sayang bangkit kembali, jangan berkecil hati bangkit kembali”.

95. “Oh yang ditinggalkan tabahlah sayang, ini rahmat dari Tuhan kita juga pasti pulang”.

96. “Tuhan ampunilah kami, ampuni dosa-dosa kami, ampuni kesombongan kami, ampuni bangsa kami, terimalah disisi-Mu korban bencana ini”.

97. “Nyatakan saja apa yang terasa walau pahit biasanya, jangan disimpan jangan dipendam, merdekakan jiwa”.

98. “Usiamu tak lagi muda untuk terus terusan terjajah, jangan lagi membungkuk bungkuk agar dunia mengakuimu”.

99. “Kau paksa kami untuk menahan luka ini, sedangkan kau sendiri telah lupa”.

100. “Oh Tuhan tolonglah, lindungi kami dari kekhilafan, oh ya Tuhan tolonglah, Ramadhan mengetuk hati orang orang yang gila perang”.


sumber : http://www.kaskus.us/showpost.php?p=265646318&postcount=1

2 komentar: